Pendahuluan
Komunikasi merupakan salah satu faktor yang penting
dalam menjalankan proses administrasi dan interaksi antar elemen pada suatu
organisasi atau lembaga,baik internal maupun eksternal. Tanpa adanya jalinan
komunikasi yang baik dan benar besar kemungkinan semua proses
di dalam organisasi/lembaga tersebut tidak akan dapat berjalan
dengan maksimal dan sesuai dengan yang telah direncanakan.
.Kemampuan komunikasi yang baik akan sangat membantu semua proses yang
ada dalam suatu organisasi/lembaga.
Agar dapat
menjalankan kepemimpinannya, seoorang pimpinan setidaknya harus memiliki
kompetensi dasar, yakni 1) mengdiagnosis, 2) mengadaptasi, dan 3)
mengkomunikasikan. Kemampuan diagnosis merupakan kemampuan kognitif
yang dapat memahami stuasi saat sekarang dan apa yang di harapkan pada masa
yang akan datang. Kompetensi mengadaptasi adalah kemampuan seseorang
menyesuaikan prilakunya dengan lingkungannya. Sedangkan kompetensi
mengkomunikasikan terkait dengan kemampuan seseorang dalam menyampaikan
pesan-pesannya agar dapat dipahami orang lain dengan baik dan jelas.
Terkait dengan kepemimpinan maka komunikasi yang baik sangatlah penting
dimiliki oleh seorang pemimpin karena berkaitan dengan tugasnya
untuk mempengaruhi, membimbing, mengarahkan, mendorong anggota untuk
melakukan aktivitas tertentu guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan serta
mencapai efektifitas dalam kepemimpinan, perencanaan, pengendalian, koordinasi,
latihan ,manejemen konflik serta proses-proses organisasi lainnya. Lalu
bagaimana mungkin komunikasi bisa berjalan dengan baik jika seorang pemimpin
tidak memberikan kenyamanan, malahan yang ada adalah ketakutan bagi bawahannya
dalam menyampaikan informasi kepadanya.
Untuk menjawab masalah diatas maka penulis akan membahas beberapa aspek antara
lan tentang peran komunikasi dalam kepemimpinan. Pembahasan ini akan mencakup
beberapa aspek antara lain Bagaiman konsep kepemimpinan yang baik
?, Apa saja fungsi komunikasi kepemimpinan ?, Apa hambatan hambatan yang
terjadi dalam komunikasi kepemimpinan dan Apa urgensi komunikasi
organisasi bagi pemimpin?.
Konsep Komunikasi Kepemimpinan
Pengertian komunikasi atau communication berasal dari
bahasa latin communis atau dalam bahasa inggrisnya common berarti sama. Apabila
kita berkomunikasi berarti kita dalam keadaan berusaha untuk menimbulkan suatu
persamaan dalam hal sikap dengan seseorang. Jadi pengertian
komunikasi secara harfiah adalah proses menghubungi atau mengadakan perhubungan.
Ahli komunikasi mengatakan bahwa “communication is the
process of sending and reciving symbols with attach meaning”. Artinya bahwa komunikasi sebagian kegiatan penyampaian
informasi dan pengertian dengan menggunakan tanda-tanda yang sama.
Communication is the evoking of a shered or common meaning in another person. (Nelson & Quick, 2006 : 250).
Komunikasi adalah untuk membangkitkan pengertian bersama kepada orang lain.
Demikian juga Jennifer M. George (2006 : 437)
mendefinisikan bahwa komunikasi adalah membagi informasi antara dua orang atau
lebih atau kelompok untuk mencapai pemahaman bersama, (Comunication the shering of
information between two or more individuals or group to reach a common
understanding).
Bermkomunikasi merupakan suatu kebutuhan hidup manusia.
Dengan berkomunikasi manusia akan dapat berhubungan antara satu
dengan yang lain, sehingga kehidupan manusia akan bermakna. Disisi lain
ada sejumlah kebutuhan dalam diri manusia itu hanya dapat dipenuhi melalau
komunikasi dengan sesama. Makin banyak manusia itu melakukan aktivitas
komunikasi antara satu dengan yang lainnya, akan semakin banyak informasi yang
didapatnya dan semakin besar peluang keberhasilan seseorang itu dalam
kehidupannya.
Dalam komunikasi diperlukan sedikitnya tiga unsur
yaitu sumber (source), berita atau pesan (message), dan sasaran (destination).
Sumber dapat berupa individu atau organisasi komunikasi. Berita atau pesan
dapat berupa tulisan, gelombang suara atau komunikasi arus listrik, lambaian
tangan, bendera berkibar, atau benda lain yangmempunyai arti. Sasaran dapat
berupa seorang pendengar, penonton, pembaca,anggota dari kelompok diskusi,
mahasiswa, dan lain-lain.
Komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai
pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan
bagian dari suatu organisasi tertentu. Komunikasi organisasi adalah proses
penciptaan makna atas interaksi yang menciptakan, memelihara, dan mengubah
organisasi. Struktur organisasi cenderung mempengaruhi komunikasi, dengan
demikian komunikasi dari bawahan kepada pimpinan sangat berbeda dengan
komunikasi antar sesamanya
Di dalam sebuah organisasi pemimpin adalah sebagai
komunikator. Pemimpin yang efektif pada umumnya memiliki kemampuan
komunikasi yang efektif, sehingga sedikit banyak akan mampu merangsang
partisipasi orang-orang yang dipimpinnya. Dia juga harus piawai dalam melakukan
komunikasi baik komunikasi verbal maupun non verbal. Komunikasi verbal
yang baik dapat dilakukan dengan menggunakan tutur kata yang ramah, sopan,dan
lembut. Komunikasi non verbal dapat dilakukan dengan mengkomunikasikan
konsep-konsep yang abstrak misalnya kebenaran, keadilan, etika, dan agama
secara non verbal misal menggunakan bahasa tubuh.
Fungsi Komunikasi Kepemimpinan
Dalam suatu organisasi baik yang berorientasi
komersial maupun sosial, komunikasi dalam organisasi atau lembaga tersebut akan
melibatkan empat fungsi, yaitu:
1. Fungsi informatif
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem
pemrosesan informasi (information-processing system). Maksudnya, seluruh
anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih
banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap
anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti,
informasi pada dasarnya dibutuhkan oleh semua orang yang mempunyai perbedaan
kedudukan dalam suatu organisasi. Orang-orang dalam tataran manajemen
membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna
mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan
(bawahan) membutuhkan informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan
kesehatan, izin cuti dan sebagainya.
2. Fungsi Regulatif
Fungsi regulatif ini berkaitan dengan
peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Pada semua lembaga
atau organisasi, ada dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif ini,
yaitu:
§ Atasan atau orang-orang yang berada dalam tataran
manajemen yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua
informasi yang disampaikan. Disamping itu mereka juga mempunyai kewenangan
untuk memberikan instruksi atau perintah, sehingga dalam struktur organisasi
kemungkinan mereka ditempatkan pada lapis atas (position of authority) supaya
perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya.
§ Berkaitan dengan pesan atau message. Pesan-pesan
regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan
kepastian peraturan-peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh
untuk dilaksanakan.
3. Fungsi Persuasif
Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan
kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan.
Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi
bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela
oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau
pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.
4. Fungsi Integratif
Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang
memungkinkan karyawan dapat dilaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada
dua saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi
tersebut (newsletter, buletin) dan laporan kemajuan oraganisasi; juga saluran
komunikasi informal seperti perbincangan antarpribadi selama masa istirahat
kerja, pertandingan olahraga ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan
aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar
dalam diri karyawan terhadap organisasi.
Bagaimana perilaku orang-orang dalam suatu
organisasi ketika mereka melaksanakan tindak berbagi informasi dan
gagasan. Untuk itu kita perlu memahami style atau gaya seseorang ketika ia
berkomunikasi. Gaya komunikasi (communication style) didefinisikan sebagai
seperangkat perilaku antarpribadi yang terspesialisasi yang digunakan dalam
suatu situasi tertentu (a
specialized set of interpersonal behaviors that are used in a given situation). Masing-masing gaya komunikasi terdiri dari
sekumpulan perilaku komunikasi yang dipakai untuk mendapatkan respon atau
tanggapan tertentu dalam situasi yang tertentu pula. Kesesuaian dari satu
gaya komunikasi yang digunakan, bergantung pada maksud dari pengirim (sender)
dan harapan dari penerima (receiver).
Gaya Komunikasi Kepemimpinan
Gaya komunikasi mengendalikan (dalam bahasa Inggris: The Controlling Style) ditandai dengan adanya satu kehendak atau maksud
untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan orang
lain. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama
komunikator satu arah atau one-way communications. Gaya komunikasi ini dapat
dibagi atas beberapa bagian antara lain :
1. The Controlling style
Gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini,
ditandai dengan adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan
mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang
menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah atau one-way communications.
Pesan-pesan yag berasal dari komunikator satu arah
ini, tidak berusaha ‘menjual’ gagasan agar dibicarakan bersama namun lebih pada
usaha menjelaskan kepada orang lain apa yang dilakukannya. The controlling style of
communication ini sering dipakai untuk mempersuasi orang lain supaya
bekerja dan bertindak secara efektif, dan pada umumnya dalam bentuk kritik.
Namun demkian, gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, tidak jarang
bernada negatif sehingga menyebabkan orang lain memberi respons atau tanggapan
yang negatif pula.
2. The Equalitarian style
Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan
kesamaan. The equalitarian style of communication ini ditandai dengan
berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis yang
bersifat dua arah (two-way
traffic of communication).
Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan
secara terbuka. Artinya, setiap anggota organisasi dapat mengungkapkan gagasan
ataupun pendapat dalam suasana yang rileks, santai dan informal. Dalam
suasana yang demikian, memungkinkan setiap anggota organisasi mencapai
kesepakatan dan pengertian bersama.
Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi yang
bermakna kesamaan ini, adalah orang-orang yang memiliki sikap kepedulian yang
tinggi serta kemampuan membina hubungan yang baik dengan orang lain baik dalam
konteks pribadi maupun dalam lingkup hubungan kerja. The equalitarian style ini akan memudahkan tindak komunikasi dalam
organisasi, sebab gaya ini efektif dalam memelihara empati dan kerja sama,
khususnya dalam situasi untuk mengambil keputusan terhadap suatu permasalahan
yang kompleks. Gaya
komunikasi ini pula yang menjamin berlangsungnya tindakan share/berbagi
informasi di antara para anggota dalam suatu organisasi.
3. The Structuring Style
Gaya komunikasi yang berstruktur ini, memanfaatkan
pesan-pesan verbal secara tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah
yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur
organisasi. Pengirim pesan (sender) lebih memberi perhatian kepada
keinginan untuk mempengaruhi orang lain dengan jalan berbagi informasi tentang
tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam
organisasi tersebut.
Stogdill dan Coons dari The Bureau of Business Research
of Ohio State University,
menemukan dimensi dari kepemimpinan yang efektif, yang mereka beri nama
Struktur Inisiasi atau Initiating Structure. Stogdill dan Coons
menjelaskan bahwa pemrakarsa (initiator) struktur yang efisien adalah
orang-orang yang mampu merencanakan pesan-pesan verbal guna lebih memantapkan
tujuan organisasi, kerangka penugasan dan memberikan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang muncul.
4. The Dynamic Style
Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki
kecenderungan agresif, karena pengirim pesan atau sender memahami bahwa
lingkungan pekerjaannya berorientasi pada tindakan (action-oriented). The dynamic style of
communication ini sering dipakai
oleh para juru kampanye ataupun supervisor yang membawa para wiraniaga
(salesmen atau saleswomen).
Tujuan utama gaya komunikasi yang agresif ini adalah
mestimulasi atau merangsang pekerja/karyawan untuk bekerja dengan lebih cepat
dan lebih baik. Gaya komunikasi ini cukup efektif digunakan dalam
mengatasi persoalan-persoalan yang bersifat kritis, namun dengan persyaratan
bahwa karyawan atau bawahan mempunyai kemampuan yang cukup untuk mengatasi
masalah yang kritis tersebut.
5. The Relinguishing Style
Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk
menerima saran, pendapat ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk
memberi perintah, meskipun pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk memberi
perintah dan mengontrol orang lain.
Pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini akan efektif
ketika pengirim pesan atau sender sedang bekerja sama dengan orang-orang yang
berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti serta bersedia untuk bertanggung
jawab atas semua tugas atau pekerjaan yang dibebankannya.
6. The Withdrawal Style
Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah
melemahnya tindak komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang
memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan
ataupun kesulitan antarpribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut.
Dalam deskripsi yang kongkrit adalah ketika seseorang
mengatakan: “Saya
tidak ingin dilibatkan dalam persoalan ini”. Pernyataan ini bermakna bahwa ia mencoba
melepaskan diri dari tanggung jawab, tetapi juga mengindikasikan suatu
keinginan untuk menghindari berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena
itu, gaya ini tidak layak dipakai dalam konteks komunikasi organisasi.
Gambaran umum yang diperoleh dari uraian di atas
adalah bahwa the
equalitarian style of communication merupakan gaya komunikasi yang ideal. Sementara
tiga gaya komunikasi lainnya: structuring, dynamic dan relinguishing dapat
digunakan secara strategis untuk menghasilkan efek yang bermanfaat bagi
organisasi. Dan dua gaya komunikasi terakhir: controlling dan withdrawal mempunyai kecenderungan menghalangi berlangsungnya
interaksi yang bermanfaat.
Hambatan Dalam Komunikasi Kepemimpinan
Pada sebuah proses komunikasi yang terjadi terkadang
kita juga akan mengalami banyak hambatan dalam berkomunikasi. Beberapa Hambatan
Komunikasi adalah :
1. Hambatan sematik
Komunikasi yg disebabkan oleh
fakor bahasa yg digunakan oleh para pelaku komunikasi.
2. Hambatan mekanik.
Komunikasi yang disebabkan
oleh factor elektrik, mesin atau media lainnya.
3. Hambatan antropologis
Hambatan yg disebabkan oleh
perbedaan pada diri manusia.
4. Hambatan psikologis
Hambatan yg disebabkan oleh
factor kejiwaan .
Menurut Leonard R.S. dan George Strauss dalam
Stoner james, A.F dan Charles Wankel sebagaimana yang dikutip oleh Herujito
(2001), ada beberapa hambatan terhadap komunikasi yang efektif, yaitu :
1. Mendengar, biasanya kita mendengar apa yang ingin kita dengar.
Banyak hal atau informasi yang ada di sekeliling kita, namun tidak semua yang
kita dengar dan tanggapi. Informasi yang menarik bagi kita, itulah yang ingin
kita dengar.
2. Mengabaikan informasi yang bertentangan
dengan apa yang kita ketahui.
3. Menilai sumber. Kita cenderung menilai siapa yang memberikan
informasi. Jika ada anak kecil yang memberikan informasi tentang suatu hal,
kita cenderung mengabaikannya.
4. Persepsi yang berbeda. Komunikasi tidak akan berjalan efektif, jika persepsi
si pengirim pesan tidak sama dengan si penerima pesan. Perbedaan ini bahkan
bisa menimbulkan pertengkaran, diantara pengirim dan penerima pesan.
5. Kata yang berarti lain bagi orang yang
berbeda. Kita sering mendengar kata yang artinya tidak sesuai
dengan pemahaman kita. Seseorang menyebut akan datang sebentar lagi, mempunyai
arti yang berbeda bagi orang yang menanggapinya. Sebentar lagi bisa berarti
satu menit, lima menit, setengah jam atau satu jam kemudian.
6. Sinyal nonverbal yang tidak konsisten. Gerak-gerik kita ketika berkomunikasi – tidak melihat
kepada lawan bicara, tetap dengan aktivitas kita pada saat ada yang
berkomunikasi dengan kita-, mampengaruhi porses komunikasi yang berlangsung.
7. Pengaruh emosi. Pada keadaan marah, seseorang akan kesulitan untuk
menerima informasi. apapun berita atau informasi yang diberikan, tidak akan
diterima dan ditanggapinya.
Urgensi Komunikasi Bagi Pemimpin
Permasalahan bisa terjadi akibat kita salah
mengkomunikasikan pesan kepada komunikan. Kadang hal ini terlupakan, padahal,
manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang
lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi.
Dalam berkomunikasi sering kali kita menjumpai banyak
perbedaan. Perbedaan gaya berkomunikasi seringkali menjadi suatu permasalahan.
Perdebadaan tersebut seringkali memicu fenomena etnosentrisme. Sehingga tak
heran seringkali konflik diantara suku dibangsa ini disebabkan adanya salah
menginterpretasikan perkataan ataupun maksud dari ucapan seseorang atau
kelompok tertentu.
Selain itu juga dalam kehidupan sehari-hari,
komunikasi yang baik sangat penting untuk berinteraksi antar individu
maupun antar masyarakat agar terjadi keserasian dan dapat mencegah konflik. Di
sisi lain, komunikasi juga dibutuhkan oleh setiap Negara untuk saling
berhubungan dengan Negara lain (hubungan bilateral).
Komunikasi dengan kepemimpinan sangat erat
hubungannya. Seorang pemimpin harus memiliki wawasan yang luas, jujur,
bertanggung jawab , berani dalam mengambil keputusan, dan ia juga harus
mempunyai keahlian berkomunikasi yang sangat baik. Karena komunikasi dapat
menentukan berhasil atau tidaknya seorang pemimpin dalam menjalankan tugasnya.
Setiap pemimpin pasti memiliki bawahannya dimana bawahannya tersebut akan
mengeluarkan gagasan/ide yang akan dipaparkan. Sehingga seorang pemimpin
tersebut dapat mengambil keputusan berdasarkan gagasan/ide tersebut.
Kepemimpinan yang berhasil mempengaruhi orang lain
sangat ditentukan oleh keterampilan dan kemampuan menjalankan fungi komunikasi
secara baik karenanya komunikasi yang baik dan menjadi efektif akan ditentukan
pula oleh kepercayaan dan keyakinan seorang pemimpin dalam memimpin untuk
mempengaruhi bawahan. Keyakinan dan kepercayaan hanya dapat terbentuk apabila
pemimpin menyadari suatu lingkungan yang harmonis antara pimpinan dengan para
bawahannya yang dapat benar-benar berkomunikasi dengan baik yang sejalan dengan
makna fungsi komunikasi.
Dalam sebuah organisasi setiap orang yang terlibat di
dalamnya ketika melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, baik selaku pimpinan
maupun para staf , agar semua pekerjaan dapat terlaksana dengan lancar dan
harmonis untuk mencapai tujuan bersama yang disepakati dan ditetapkan, maka
unsur kerjasama harus senantiasa tercipta dengan baik. Dengan terjadinya proses
kerjasama maka unsur komunikasi pun dengan sendirinya akan tercipta, karena apa
pun bentuk instruksi, informasi dari pimpinan , masukan, laporan dari bawahan
ke pimpinan, antara sesama bawahan senantiasa dilakukan melalui proses
komunikasi.
Peran pimpinan dalam peningkatan komunikasi pada
sebuah organisasi membutuhkan tiga hal: Pertama, pemimpin dan semua anggotanya harus memiliki kemampuan
yang tepat dan mengerti komunikasi yang baik. Komunikasi bukanlah proses yang
indah dan banyak orang membutuhkan pengertian yang mendalam mengenai issue
komunikasi.
Kedua, komunikasi organisasi yang efektif membutuhkan iklim
atau budaya yang mendukung komunikasi yang efektif. Lebih spesifik iklim ini
akan membutuhkan kejujuran, keterbukaan, praktik komunikasi yang baik dan
tanggung jawab untuk membuat komunikasi lebih efektif. Ketiga, komunikasi yang efektif membutuhkan perhatian. Hal ini
bukanlah sesuatu yang langsung terjadi tetapi dikembangkan sebagai hasil usaha
staf dan jajaran manajemen.
Kesimpulan
Komunikasi dalam sebuah kepemimpinan merupakan suatu
unsur yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan tujuan yang
akan diraih oleh suatu organisasi. Oleh karena itu seorang pemimpin hendaklah
piawai dalam berkomunikasi baik itu verbal maupun non verbal. Komunikasi yang
baik akan akan mampu meningkatkan motivasi, sehingga informasi yang disampaikan
dapat diterima dengan baik dan hal ini akan mampu meningkatkan kinerja serta
control kerja juga akan terlaksana dengan baik.
Di dalam sebuah organisasi pemimpin adalah sebagai
komunikator. Pemimpin yang efektif pada umumnya memiliki kemampuan
komunikasi yang efektif, sehingga sedikit banyak akan mampu merangsang
partisipasi orang-orang yang dipimpinnya. Dalam suatu organisasi baik yang
berorientasi komersial maupun sosial, komunikasi dalam organisasi atau lembaga
tersebut akan melibatkan empat fungsi antara lain fungsi informative,
Regulatif,Integratif dan Persuasive . Proses komunikasi ini akan mengalami
banyak hambatan. Beberapa Hambatan Komunikasi dapat berupa Hambatan Sematik,
Hambatan Mekanik, Hambatan antropologis dan Hambatan psikologis.
Untuk mengatasi masalah tersebut maka pemimpin harus
meningkatkan kemampuan komunikasi yang efektif yang mencakup pemahaman
komunikasi yang baik, iklim budaya pendukung organisasi, dan perhatian yang
baik.
0 komentar:
Posting Komentar