Rabu, 04 Oktober 2017

GAMBARAN MENGENAI BISNIS INTERNASIONAL LENGKAP

BAB I
GAMBARAN MENGENAI BISNIS INTERNASIONAL

Minyak nabati di pasar internasional merupakan salah satu pasar kompetitif, melibatkan tujuh belas  jenis minyak nabati serta hampir diproduksi dan dikonsumsi semua negara, baik negara maju maupun negara sedang berkembang. Minyak nabati yang banyak di pasar internasional antara lain minyak kedelai, minyak sawit, sunflower oil dan minyak jagung. Minyak kelapa sawit atau crude plam oil yang untuk selanjutnya disingkat CPO merupakan bahan baku pembuatan bahan makanan, kosmetik, obat-obatan dan untuk pengembangan  bio-diesel sebagai bahan bakar alternatif ramah lingkungan yang telah mulai berkembang dan akan menggantikan bahan bakar minyak yang berasal dari bumi. Karena sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui cadangannya semakin menipis maka ada kencenderungan peralihan dari bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui ke bahan bakar yang dapat diperbaharui.
Crude Palm Oil (CPO) dan  Palm Kernel Oil (PKO) banyak digunakan sebagai bahan industri pangan (minyak makan dan margarine) industri sabun (bahan penghasil busa), industri baju (bahan pelumas), industri tekstil, kosmetik dan sebagai bahan bakar alternatif (minyak disel). dengan semakin langkanya dan mahalnya bahan bakar minyak bumi (BBM), minyak kelapa sawit semakin berdaya saing. Di Indonesia kelapa sawit telah menjadi komuditi unggulan sejak tahun 1980. Secara nasional kelapa sawit telah dan makin penting dalam perekonomian Indonesia, karena kelapa sawit termasuk komoditas strategis penghasil devisa negara dari sektor nonmigas. Peranan kelapa sawit cukup besar terhadap perekonomian Indonesia, antara lain:
1.    Sumber lapangan pekerja
2.    Sumber utama devisa negara dari sektor pertanian / sektor nonmigas dengan nilai ekspor mencapai 20 milyar dolar Amerika di tahun 2014
3.    Pemasok industri bahan baku Crude Palm Oil (CPO) dan  Plam Kernel Oil (PKO) dalam negeri.
4.    Mendorong sentra-sentra ekonomi baru.
5.    Konservasi yang mengurangi efek rumah kaca (penangkap karbon/ carbon  catche yang efektif).
Dalam jangka panjang, permintaan dunia akan minyak sawit menunjukkan kecenderungan meningkat sejalan dengan jumlah populasi penduduk dunia yang bertumbuh dan karenanya meningkatkan konsumsi produk-produk dengan bahan baku minyak sawit.
Perdagangan luar negeri merupakan salah satu sektor ekonomi yang sangat berperan dalam menunjang pembangunan Indonesia. Dari kegiatan ekspor dapat diperoleh devisa yang merupakan salah satu sumber dana untuk pembangunan dalam hal ini perlu dilihat seberapa  besar kontribusi melalui ekspor minyak kelapa sawit khususnya di Kalimantan Timur.
Ekspor merupakan salah satu sumber devisa yang sangat dibutuhkan oleh negara atau daerah yang perekonomiannya bersifat terbuka seperti di Indonesia, karena ekspor secara luas ke berbagai negara memungkinkan peningkatan jumlah produksi yang mendorong pertumbuhan sehingga diharapkan dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap pertumbuhan dan stabilitas perekonomianya. Salah satu andalan  ekspor di Indonesia adalah komoditi ekspor kelapa sawit, kelapa sawit merupakan salah satu tanaman unggulan Indonesia untuk kurun waktu yang lama ke depan. Komoditas kelapa sawit berupa bahan mentah maupun hasil olahannya, menduduki peringkat pertama penyumbang devisa nonmigas terbesar bagi negara Indonesia  kemudian disusul karet.
Dari tahun 1975an Indonesia telah melakukan pengembangan budidaya kelapa sawit dan melakukan pemasaran ekspor minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/ CPO) ke berbagai negara di dunia. Industri minyak sawit merupakan industri Indonesia yang paling kompetitif dibandingkan industri lain di dalam negeri dan dengan industri sejenis di negara lain. Pertumbuhan luas daerah kebun kelapa sawit sejak tahun 1994-2014 mencapai rata-rata 400 ribu hektar per  tahun.yang tersebar di Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi dan Papua. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat luas areal perkebunan sawit mencapai 10 juta hektar dengan komposisi 4,9 juta hektar perkebunan swasta, 0,7 juta hektar BUMN dan 4,4 juta hektar perkebunan rakyat. Sampai saat ini Indonesia merupakan pengembang areal kelapa sawit nomor satu di dunia mencapai 10 juta Ha dengan  Produksi minyak sawit Crude Palm Oil (CPO)  mencapai  30 juta metric ton per tahun  Crude Palm Oil (CPO),
Pada tahun 1990, produksi  minyak kelapa sawit Indonesia hanya 22 persen dari produksi dunia, Malaysia 55 persen dan negara-negara lain 23 persen, sedangkan pada saat ini  produksi minyak kelapa sawit Indonesia sudah mencapai 55 persen, Malaysia 40 persen, sedangkan negara lainnya 5 persen dan telah menjadi produsen utama penghasil minyak kelapa sawit melalui pengembangan dan peremajaan. Sasaran pengembangan kelapa sawit adalah percepatan terwujudnya Indonesia sebangai produsen tahunan minyak sawit melalui pengembangan usaha dan agribisnis kelapa sawit yang memiliki tingkat daya saing optimal dan memberikan kesejahteraan maksimal bagi pelaku usaha secara berkelanjutan. 
Selama 17 tahun terakhir, produksi minyak kelapa sawit meningkat enam kali lipat, dari 4,8 juta ton minyak sawit mentah Crude Palm Oil (CPO) pada 1996 menjadi 31 juta ton pada 2014, dan  samapai sekarang ini dari jumlah produksi minyak Crude Palm Oil (CPO)yang di hasilkan hampir 75 persen dari jumlah produksi diekspor ke negara lain dengan nilai volume ekspor mencapai 20.1 juta metric ton, dengan nilai ekspor mencapai 20 milyar dolar amerika. Dengan negara tujuan ekspor India, Cina, Singapura, Jepang, Korea selatan, Malaysia, Mesir, Belanda, Jerman dan untuk saat ini sudah adanya beberapa permintaan dari beberapa negara Eropa Timur.
Era pengembangan kelapa sawit di Kalimantan Timur dimulai pada tahun 1982 yang dirintis melalui Proyek Perkebunan Inti Rakyat (PIR) yang dikelola oleh PTP VI. Perkebunan kelapa sawit jadi primadona seiring manfaat positif pertumbuhan ekonomi yang dirasakan masyarakat Kalimantan Timur. Sampai saat ini  luas areal kelapa sawit di Kalimantan Timur sudah mencapai 1.115.415 Ha yang terdiri dari 230.266 Ha sebagai tanaman plasma / rakyat, 22.367 Ha milik BUMN sebagai inti dan 862.782 Ha milik Perkebunan Besar Swasta. Produksi TBS (Tandan Buah Segar) sebesar 7.600.298 ton atau setara dengan 1.672.066 ton Crude Palm Oil (CPO) pada tahun 2014. Areal pertanaman kelapa sawit yang cukup luas saat ini terpusat di Kabupaten Kutai Timur, Kutai Kartanegara dan Paser. Sedangkan beberapa kabupaten dan kota lainnya masih dalam luasan terbatas.
Industri perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Timur juga berperan penting dalam mengurangi angka penganguran di Indonesia saat ini ada 354.605 orang yang bekerja, selain memberikan lapangan pekerjaan untuk masyarakat di kalimantan timur sendiri, industri ini juga menyerap tenaga kerja dari luar Kalimantan Timur. Di mana  diharapkan bisa mempercepat percepatan pemulihan ekonomi seperti peningkatan pendapatan masyarakat yang nantinya secara langsung pula dapat meningkatkan pendapatan daerah Kalimantan timur.



Manfaat Praktis Kelapa Sawit
Manfaat praktis merupakan manfaat yang dapat diperoleh dari kelapa sawit yang sudah diolah bagi kehidupan manusia dan juga sekitarnya. berikut ini adalah manfaat praktis dari kelapa sawit :
1.0Sebagaiominyakogoreng
Manfaat kelapa sawit yang pertama adalah sebagai bahan baku pembuatan minyak goreng. Minyak goreng yang saaat ini beredar di pasaran merupakan jenis minyak goreng yang berasal dari hasil olahan kelapa sawit. Tidak dapat dipungkiri memang, minyak goreng merupakan salah satu sari sembilan bahan pokok yang paling banyak digunakan oleh berbagai kalangan, baik itu kalangan rumah tangga, restoran, dan juga berbagai industri makanan, seperti pembuatan keripik.
2.oSebagaiocampuranobahanobakarobiodiesel
Diesel merupakan salah satu jenis mesin yang memiliki keunggulan, terutama untuk kendaraan niaga dan pertambangan, yang membutuhkan tenaga dalam jumlah torsi yang besar untuk mengangkut hasil kebun, tambang dan juga pendistribusian komoditas antar daerah. Selain itu, diesel juga sering dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik. Bahan bakar utama dari diesel dapat diperoleh dengan menggunakan campuran dari minyak kelapas sawit, yang dinilai rama lingkungan,odibandingkanobahanobakarodieselobiasa.
3.oSebagaiopelumas
Minyak kelapa sawit yang merupakan salah satu hasil olahan dari kelapa sawit juga dapat dimanfaatkan sebagai pelumas. Kebanyakan, pelumas dari minyak kelapa sawit ini digunakan untuk melumasi bagian luar dari mesin dan juga perangkat lainnya. Bahkan ada beberapa jenis mesin 2 tak, menggunakan minyak goreng kelapa sawit sebagai bahan campuran pada oli sampingnya.
4.oBahanopembuatanomentega
Anda pasti sudah tidak asing lagi dengan bahan yang satu ini. Ya, mentega merupakan bahan yang sering dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, baik itu untuk menumis hingga membuat kue. Salah satu bahan utama dar pembuatan mentega adalah minyak kelapa sawit
5.oBahanopembuatanopomade
Saat ini, pomade merupkn salah satu bahan kosmetik yang banyak digunakan, karena sesuai dengan trend gaya rambut. Siapa sangka, ternyata pomade juga dibuat dengan menggunakan bahanodasarodariomanfaat kelapaosawitoyangodibuatomenjadiominyak.
6.oBahanopembuatanolotionodanojugaocreamokulit
Selain pomade, berbagai macam krim dan juga lotion yang biasa kita gunakan pada kulit kita juga terbuat dari bahan baku utama minyak kelapa sawit, yang diformulasikan dengan menggunakan berbagai macam bahan berupa serum dan juga vitamin – vitamin yang baik untuk kesehatanokulitokita.
7.oMembantuomendinginkanokulitoyangoterkenaolukaobakar
Anda terkena luka bakar? kalau begitu, anda dapat mencoba mendinginkan luka bakar anda dengan menggunakan putih telur dan juga minyak kelapa sawit yang dingin. Manfaat kelapa sawitobagioimanusia dapatomembantuomendinginkanokulitoyangoterbakar.
8.oDapatomenetralisirorasaopedas
Berbagai macam gorengan, memilki kemampuan yang baik untuk menetralisir rasa pedas. Hal ini disebabkan oleh kandungan dari minyak kelapa sawit yang dapat menghilangkan rasa pedas.
9.oBahanobakuopembuatanocat
Minyak kelapa sawit juga dapat dibuat menjadi salah satu bahan baku dalam pembuatan cat tembok, cat mobil, vernis dan juga compound yang sering kita gunakan untuk melakukan proses pemolesan0padaobodyomobil.
10.oBahanobakuopembuatanopastaogigi
Manfaat lainnya dari minyak kelapa sawit adalah dapat menjadi salah satu bahan baku pembuatanopastaogigi.
11. Sebagai Dempul
Minyak kelapa sawit juga merupakan salah satu bahan baku dalam pembuatan dempul. Dempul sendiri merupakan bentuk pasta yang berfungsi untuk perbaikan-perbaikan pada patahan tertentu pada bagian  Atau permukaan dari besi dan plastic
13. Dapat Membantu Proses Penyamakan Kulit
Minyak kelapa sawit memiliki manfaat lain, yatu dapat membantu proses penyamakan kulit binatang. Biasanya kulit binatang, seperti sapi dan kambing akan mengalami proses penyamakan terlebih darhulu, Sebelum akhirnya diolah menjadi kulit yang siap umyuk dijadikan tas dan dompet.
14. Sebagai Makan Hewan
Manfaat kelapa dalam kehidupan sehari-hari juga berguna pada bagian ampasnyas Ampas dari kelapa sawit sering dimanfaatkan sebagai bahan pangan pada hewan ternak. Selain itu, buah kelapa sawit juga  Menjadi santapan lezat bagi hewan-hewan liar, seperti babi hutan,
15 Sebagai Bahan Baku Dalam Industry Baja
Kelapa sawit juga beranfaat sebagai ahan baku pada industri baja. Dalam industri baja, minyak kelapa sawit digunakan untuk memberikan lapisan pada baja dan besi agar menjadi lebih tahan terhadap karat  Dan juga korosi
16. Dapat Menjadi Kompos
Yang terkhir, kelapa sawit dapat menjadi kompos, alias pupuk. Ya, ampas dari buah kelapa sawit, dan juga daun kelapa sawit dapat diolah dalam bentuk pupuk kompos. Pupuk kompos ini dapat membantu menyuburkan tanah dan dapat membantu pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik, karena mengandung unsur-unsur hara.

BAB II
PASAR DAN PUSAT BISNIS GLOBAL

Saat ini, Indonesia merupakan negara produsen minyak sawit terbesar di dunia dengan jumlah produksi tahun 2009 diperkirakan sebesar 20,6 juta ton minyak sawit, kemudian diikuti dengan Malaysia dengan jumlah produksi 17,57 juta ton. Produksi kedua negara ini mencapai 85 persen dari produksi dunia yang sebesar 45,1 juta ton (Oil World, 2010). Sebagian besar hasil produksi minyak sawit di Indonesia merupakan komoditas ekspor. Pangsa ekspor kelapa sawit hingga tahun 2008 mencapai 80 Persen total produksi.

Sebagian hasil dari perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Timur termasuk yang diekspor oleh indonesia, yang masih dalam bentuk minyak kelapa sawit mentah Crude Palm Oil (CPO). Di mana untuk saat ini perusahaan yang mengelola minyak kelapa sawit menjadi produk jadi masih kurang di Kalimantan Timur, kebanyakan  minyak kelapa sawit diolah di luar Kalimantan Timur, Sedangkan dari aspek pemasaran ke luar negeri minyak  Crude Palm Oil (CPO) Kalimantan Timur, pada saat ini negara–negara kawasan Eropa Timur merupakan pasar baru yang mempunyai prospek cerah dalam ekspor minyak kelapa sawit, selain di ekspor ke berbagai negara seperti Jepang, India, Cina, dan Korea selatan.
BAB III
LINGKUNGAN HUKUM, TEKNOLOGI, AKUNTANSI , DAN POLITIK

Dimana Perusahaan sawit ini berencana untuk melakukan investasi-investasi besar untuk meningkatkan kapasitas penyulingan minyak sawit,melalui  kepengurusan kebijakan dan prosedur system akuntamsi nasional yang disebut sebagai lingkungan akuntansi, namun  dalam  hal tersebut  perusahaan perlu mengikuti hukum  istiadat dan lingkungan politik  yang berada diIndonesia yang selama ini berfokus pada ekspor minyak sawit mentah agar  prioritasnya untuk mengolah produk-produknya memiliki harga jual yang lebih tinggi maka perusahaan juga membutuhkan system teknologi , melalui system teknologi tersebut perusahaan kelapa sawit ini bisa mentransfer informasi-informasi mengenai produk yang kita jual memudahkan konsumen-konsumen dalam mgengakses.

BAB IV
PERAN BUDAYA
Dalam proses pengeksporan, peran budaya sangatlah penting untuk mengetahui apa saja Kemungkinanan yang akan  menjadi salah satu kendala.Yang pertama adalah proses Komunikasi dimana proses ini merupakan inti dari sebuah upaya apakah proses mengekspor bisa berhasil atau tidak. Jika dalam proses komunikasi tidak jelas maka pengeksporan tidak akan terjadi. Peran Lain Yang Harus Diperhatikan Dalam Berbisnis  Seperti :
1.       Estetika
2.       Sikap Dan Kepercayaan
3.       Agama
4.       Budaya Material
5.       Pendidikan
6.       Bahasa
7.       Karakteristik Hukum
8.       Struktur Politik
Disetiap Negara memiliki peran budaya yang berbeda-beda namun hambatan yang sering terjadi adalah adanya standar, mekanisme dan regulasi yang berubah sehingga menjadi  hambatan pada kelancaran transaksi dan distribusi  CPO Indonesia ke Negara yang ingin di eskpor contohnya Negara Italia. Hal ini juga disebabkan karena adanya isu negatif dan kampanye hitam akan produk CPO dari Indonesia.

BAB V
ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL DALAM BISNIS  INTERNASIONAL

Alasan dasar keberadaan suatu bisnis adalah untuk menciptakan nilai. Selain itu, sebagian untuk memperoleh penghasilan kehidupan. Sebagai akibatnya, tujuan dari setiap keputusan yang dibuat untuk kepentingan bisnis atau individu dalam bisnis adalah meningkatkan penghasilan dan mengurangi biaya.

Etika sebagai kepercayaan individu tentang apakah keputusan, perilaku, atau tindakan tertentu benar atau salah. Konsep perilaku etis biasanya merujuk ke perilaku yang diterima oleh norma sosial umum. Perilaku tidak etis adalah perilaku yang tidak sesuai dengan norma sosial umum.
Setiap pembisnis yang menginginkan go internasional harus memikirkan matang-matang dan  menganalisis kode etik internasional :
1.      Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), yang merupakan kebijakan utama untuk negara-negara industri,
2.      International Chamber of Commerce (ICC ), yang berkaitan dengan perlakuan yang adil antara perusahaan multinasional,
3.      Organisasi Buruh Internasional (ILO), yang berkaitan dengan investasi langsung dinegara-negara berkembang, dan
4.      Pusat korporasi Transnasional (CTC), yang bertujuan untuk memaksimalkan kontribusi dari perusahaan-perusahaan transnasional untuk pembangunan ekonomi dan pertumbuhan dan untuk meminimalkan efek negatif dari kegiatan perusahaan-perusahaan.

Kode-kode berbagai dikembangkan dalam rangka untuk menciptakan ketertiban  Antara perusahaan minyak kelapa sawit Indonesia dengan  perusahaan multinasional, meskipun, beberapa organisasi menolak untuk mematuhi kode ini, terutama karena pemerintah nasional tidak direstui mereka sepenuhnya. Tanpa penegakan seragam dan penuh, organisasi multinasional bisa punya pilihan merajalela dalam isu-isu etika internasional. Mendasari kurangnya consensus adalah masalah nasional serta budaya perusahaan. Setiap bangsa berbeda dan setiap organisasi multinasional dalam satu atau lain cara yang berbeda dalam cara mereka melakukan bisnis, terutama di negara-negara lain. Selain kode ini, korporasi moral yang harus menangani hak asasi manusia dan peluit ditiup dan kode etik internasional di mana ia beroperasi.

BAB VI
PERDAGANGAN DAN INVESTASI INTERNASIONAL

Permintaan minyak kelapa sawit untuk pangan diperkirakan terus bertambah sejalan dengan pertumbuhan penduduk, kenaikan konsumsi per kapita dan untuk mensubtitusi lemak jenuh hewan. Selama tahun 2008/09, konsumsi perkapita minyak dan lemak di Uni Eropa dan Amerika Serikat masing-masing adalah 59,3 kg dan 51,7 kg,konsumsi di negara berkembang seperti India, Pakistan danNigeria masing-masing adalah 13,4 kg, 19,9 kg,dan 12,5 kg. Konsumsi di negara-negara berkembang ke depan menuju pada mutu kehidupan yang lebih baik dan perubahan konsumsi per kapita menuju rata-rata dunia kini adalah 23,8 kg per orang maka lompatan lebih lanjut dalam produksi minyak nabati dibutuhkan untuk memenuhi permintaan masa depan (Bek-Nielsen, 2010).

Berdasarkan proyeksi World Bank tahun 2009, seperti dilaporkan oleh Teoh (2010), jumlah penduduk tahun 2020 sekitar 7,58 milyar, dengan asumsi kenaikan jumlah penduduk sebesar 11,6 persen dan kenaikan 5 persen dalam konsumsi per kapita maka tambahan 27,7 juta ton minyak nabati diperlukan sebelum tahun 2020. Apabila kenaikan permintaan ini dipenuhi oleh minyak kelapa sawit maka tambahan luas areal yang diperlukan adalah 6,3 juta ha. Hal ini dapat dipenuhi dengan asumsi terjadi kenaikan 10 persen dalam produktivitas per hektar. Di sektor bahan bakar terbarukan dari minyak nabati ( Biofuel ), Negara-negara di seluruh dunia sudah menetapkan sasaran biodiesel berkisar; 1 persen di Filipina sampai 10 persen di Uni Eropa sebelum tahun 2020.

Apabila rencana ini terwujud diperkirakan 4 juta hektar lahan tambahan harus ditanami untuk memenuhi kebutuhan Uni Eropa sedangkan satu juta hektar lahan lagi dibutuhkan untuk mencukupi permintaan Cina (Sheilet al . , 2009). Menguatnya permintaan untuk minyak kelapa sawit, pertanyaan yang muncul adalah “dari mana saja produksi masa depan akan datang”?. Visi pemerintah Indonesia adalah untuk menjadi “penghasil minyak kelapa sawit berkelanjutan terbaik sedunia”, dengan tujuan menghasilkan 40 juta ton minyak kelapa sawit tahun 2020 untuk pangan dan untuk energi. Ini berarti bahwa produksi harus berlipat dua dalam 10 tahun mendatang.

Selain peningkatan produktivitas, untuk memenuhi permintaan ini maka diperlukan lahan tambahan baru dari areal penggunaan lain (APL) dan lahan terlantar yang perlu ditanami kelapa sawit setiap tahunnya. Potensi dan peluang tersebut dimiliki Indonesia.Kecemburuan internasional terhadap perkembangan kelapa sawit perlu didalami dengan mengurai isu negatif ( black campaign ) pembangunan kelapa sawit dimana pembangunan kelapa sawit dikhawatirkan tidak berkelanjutan. Dengan mengurai isu pembangunan kelapa sawit berkelanjutan, maka dapat diketahui bahwa akar masalahnya adalah di pasar pangsa minyak sawit menguat dibandingkan minyak nabati lain dan hal ini dimungkinkan karena produktivitas dan efisiensi minyak sawit lebih tinggi dibandingkan minyak nabati lain yang diproduksi negara-negara sub-tropis yang umumnya negara - negara maju.

Dengan posisi minyak sawit lebih kuat ini,isu yang dikembangkan adalah isu pembangunan kelapa sawit berkelanjutan melalui penciptaan hambatan teknis produksi dan perdagangan. Dengan analisis di atas, maka klaim dari berbagai LSM internasional dapat dipandang sebagai bagian dari dinamika lingkungan strategis eksternal. Untuk itu perjuangan untuk mengatasi black campaign perlu dilakukan dengan mengembangkan langkah-langkah strategis terutama dalam mengurai permasalahan pembangunan kelapa sawit di Indonesia.
Pada saat permintaan global kuat, bisnis minyak sawit di Indonesia menguntungkan karena alasan-alasan berikut:
Margin laba yang besar, sementara komoditi ini mudah diproduksi
Permintaan internasional yang besar dan terus berkembang seiring kenaikan jumlah penduduk global
Biaya produksi minyak sawit mentah (CPO) di Indonesia adalah yang paling murah di dunia
Tingkat produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan produk minyak nabati
Penggunaan biofuel diduga akan meningkat secara signifikan, sementara penggunaan besin diperkirakan akan berkurang
Masalah-masalah apa yang menghalangi perkembangan industri minyak sawit dunia?
Kesadaran bahwa penting untuk membuat lebih banyak kebijakan ramah lingkungan
Konflik masalah tanah dengan penduduk lokal karena ketidakjelasan kepemilikan tanah
Ketidakjelasan hukum dan perundang-undangan
Biaya logistik yang tinggi karena kurangnya kualitas dan kuantitas infrastruktur

BAB VII
SISTEM MONETER INTERNASIONAL DAN NERACA PEMBAYARAN

Dalam perdagangan internasional pasti memiliki sistem moneter dalam sistem ini Untuk mempromosikanokerjasama antara produksi minyak kelapa sawit Indonesia dengan minyak kelapa sawit luar, dalam hal ini sistemfmoneterointernasional memfasilitasi perluasan dan pertumbuhan yang seimbang dari perdagangan internasional Untuk mempromosikan stabilitas nilai, untuk mempertahankan pengaturan pertukaran yang tertib di antara anggota, dan untuk menghindari depresiasi tukar kompetitif Untuk membantu pembentukan sistem multilateral pembayaran.agar peniagaan internasional dapat berkembang , harus terdapat system untuk mempertukarkan dan menilai mata uang yang berbeda, system moneter internasional melakukan nya dengan menetapkan aturan untuk menilai dan menpertukarkannya dan system akuntansi BOP yang digunakan untuk mencatat transaksi-transaksi .

BAB VIII
VALUTA ASING DAN PASAR KEUANGAN INTERNASIONAL

Sejarah masuknya Bank Dunia di sektor minyak kelapa sawit Indonesia ada sejak tatanan perkebunan sawit zaman kolonial Hindia Belanda maupun semenanjung Malaya, yang pada umumnya dilakukan oleh perusahaan swasta asing yang berciri khas investasi padat modal dan padat tenaga buruh dengan dukungan dari Bank Dunia. Perkebunan sawit dilakukan melalui alih fungsi lahan yaitu mengubah bentang hutan tropis menjadi perkebunan monokultur skala besar. Sejalan maraknya pembukaan hutan lewat izin pembalakan, hal ini turut mendorong menggeliatnya industri minyak sawit yang bermula sejak akhir dekade 1960-an.
Pasar valuta asing ditentukan oleh interaksi dari permintaan dan penawaran mata uang tersebut. Aktivitas arbritase mempengaruhi permintaan dan penawaran dalam valuta asing, dalam daya beli menyatakan bahwa harga minyak kelapa sawit menjadi sama antarnegara.
Fungsi dari pasar valuta asing bagi pengusaha :
a.       sebagai Transfer daya beli
b.      Penyediaan kredit
c.       Mengurangi resiko valuta asing
Peran Bank sentral suatu negara memegang peran yang amat penting dalam pasar valuta asing. Bank sentral ini senantiasa berupaya untuk mengendalikan suplai uang, inflasi, dan ataupun suku bunga bahkan seringkali mereka memiliki suatu target baik resmi maupun tidak resmi terhadap nilai tukar mata uang negaranya. Seringkali bank sentral ini menggunakan cadangan devisanya untuk menstabilkan pasar.

BAB IX
PERUMUSAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN NASIONAL

Industri berbasis kelapa sawit juga merupakan industri padat karya yang menyerap tenaga kerja dengan jumlah sangat besar. Data Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian menunjukkan bahwa tenaga kerja di perkebunan kelapa sawit meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2010, komoditas kelapa sawit mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 3,4 juta tenaga kerja. Angkanya meningkat sebesar  60,8 persen pada 2014 menjadi 5,4 juta tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja tersebut belum termasuk tenaga kerja bagian pengangkutan, pengolahan, laboratorium, administrasi kebun, dan panen. Bisa dipastikan jumlah tenaga kerja yang terserap dari perkebunan kelapa sawit, baik langsung ataupun tidak langsung (industri turunan kelapa sawit) dapat melebihi 5,4 juta orang. Penyerapan tenaga kerja di perkelapasawitan jauh lebih besar dibandingkan di industri minyak dan gas bumi.
Sebagai industri yang strategis dan dalam upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan peranan dan kontribusi industri minyak sawit dalam perekonomian bangsa, sudah selayaknya pemerintah memberikan perhatian, komitmen, dan perlindungan kepada industri ini sehingga dapat berkembang lagi secara berkelanjutan. Untuk itu perlu dan pentingnya disusun regulasi dalam bentuk perundang-undangan yang secara khusus terkait dengan komoditas strategis kelapa sawit ini. Keberadaan UU ini dimaksudkan untuk mempertahankan posisi Indonesia sebagai negara terbesar penghasil, eksportir dan konsumen kelapa sawit dan meningkatkan peranan komoditas ini dalam perekonomian nasional, meningkatkan kesejahteraan rakyat dan mendorong pemerataan serta keadilan. Jangan sampai sejarah berulang kembali. Akibat ketiadaan komitmen dan regulasi yang kuat dan kondusif, promosi dan perlindungan yang berkesinambungan, nasib industri kelapa sawit ini menjadi seperti industri lainnya yang pernah berjaya.

Kebijakan-kebijakan yang harus dilaukan
1.                    Kebijakan Proteksi.
 Kebijakan proteksi adalah kebijakan pemerintah untuk melindungi industri dalam negeri yang sedang tumbuh (infant industry), dan melindungi perusahaan baru dari perusahaan-perusahaan besar yang semenang-menangnya dengan kelebihan yang ia miliki, selain itu persaingan-persaingan barang-barang impor.
Tujuan kebijakan proteksi adalah:
·                  Memaksimalkan produksi dalam negri.
·                  Memperluas lapangan kerja.
·                  Memelihara tradisional.
·                  Menghindari resiko yang mungkin timbul jika hanya menggantungkan diri pada satu komoditi andalan.
·                  Menjaga stabilitas nasional, dan tidak menggantungkan diri pada negara lain.
Kebijakan proteksi meliputi hal-hal sebagai berikut:
1.      Tarif.
Tarif adalah pajak yang dikenakan terhadap barang-barang dagangan yang melintasi daerah pabean ( cutom area ).  Sementara itu, barang-barang yang masuk ke wilayah negara dikenakan bea masuk.  Efek kebijakan ini terlihat langsung pada kenaikan harga barang.  Dengan pengenaan bea masuk yang besar, mempunyai maksud memproteksi industri dalam negri sehingga meningkatkan pendapatan negara dan juga membatasi permintaan konsumen terhadap produk-produk impor dan mendorong konsumen menggunakan produk domestik.
Macam-macam penentuan tarif, yaitu:
a.       Bea Ekspor (export duties) adalah pajak/bea yang dikenakan terhadap barang yang diangkut menuju negara lain (di luar costum area).
b.      Bea Transito (transit duties) adalah pajak/bea yang dikenakan terhadap barang-barang yang melalui batas wilayah suatu negara dengan tujuan akhir barang tersebut negara lain.
c.       Bea Impor (import duties) adalah pajak/bea yang dikenakan terhadap barang-barang yang masuk dalam suatu negara (tom area).
2.    Kuota.
Kuota adalah kebijakan pemerintah untuk membatasi jumlah barang yang diperdagangkan.  Ada tiga macam kuota, yaitu kuota impor, kuota produksi, dan kuota ekspor. Kuota impor adalah pembatasan dalam jumlah barang yang diimpor, kuota produksi adalah pembatasan dalam jumlah barang yang diproduksi, dan kuota ekspor adalah pembatasan jumlah barang yang diekspor. 
Tujuan diberlakukannya kuota impor di antaranya:
a.       Mencegah barang-barang yang penting berada di luar negri.
b.      Menjamin tersedianya barang-barang di dalam negeri dalam proporsi yang cukup.
c.       Mengadakan pengawasan produksi serta pengendalian harga guna mencapai stabilitas harga di dalam negeri.
3.      Dumping.
Dumping adalah kebijakan pemerintah umtuk menjual barang di luar negeri dengan harga yang lebih rendah dari dalam negeri atau bahkan di bawah biaya produksi.  Kebijakan dumping dapat meningkatkan volume perdagangan dan menguntungkan negara pengimpor, terutama menguntungkan konsumen mereka.  Namun, negara pengimpor kadang mempunyai industri yang sejenis sehingga persaingan dari luar negeri ini dapat mendorong pemerintah negara pengimpor memberlakukan kebijakan anti dumping (dengan tarif impor yang lebih tinggi), atau sering disebut counterveiling duties.  Hal ini dilakukan untuk menetralisir dampak subsidi ekspor yang diberikan oleh negara lain.  Predatory dumping dilakukan dengan tujuan untuk mematikan persaingan di luar negeri.  Setelah persaingan di luar negeri mati maka harga di luar negeri akan dinaikkan untuk menutup kerugian sewaktu melakukan predatory dumping.

Syarat yang harus dipenuhi dalam kebijakan dumping yaitu:
a.       Kekuatan monopoli di dalam negeri lebih besar daripada luar negeri, sehingga kurva permintaan di dalam  negeri lebih inelastis dibanding kurva permintaan di luar negeri.
b.      Terdapat hambatan yang cukup kuat sehingga konsumen dalam negeri tidak dapat membeli barang dari luar negeri.
4.      Subsidi.
Subsidi adalah kebijakan pemerintah yang diberikan untuk menurunkan biaya produksi barang domestik, sehingga diharapkan harga jual produk dapat lebih murah dan dapat bersaing dengan barang impor.  Tujuan dari subsidi ekspor adalah untuk mendorong jumlah ekspor, karena eksportir dapat menawarkan harga yang lebih rendah.  Namun tindakan ini dianggap sebagai persaingan yang tidak jujur dan dapat menjurus ke arah perang subsidi.
5.      LaranganoImpor.
Larangan impor adalah kebijakan pemerintah dimaksudkan untuk melarang masuknya produk-produk asing ke dalam pasar domestik.  Dengan tujuan untuk melindungi produksi dalam negri.
2.    Kebijakan Perdagangan Bebas.
Kebijakan perdagangan bebas adalah kebijakan pemerintah yang menghendaki perdagangan internasional berlangsung tanpa adanya hambatan apapun.  Pihak-pihak yang mendukung kebijakan ini beralasan bahwa perdagangan bebas akan memungkinkan setiap negara berspesialisasi memproduksi barang dan menjadikannya keungglan komparatif.
3.    Kebijakan Autarki.
Kebijakan autarki adalah kebijakan perdagangan dengan tujuan untuk menghindarkan diri dari pengaruh-pengaruh negara lain, baik pengaruh politik, ekonomi, maupun militer, sehingga kebijakan ini bertentangan dengan prinsip perdagangan internasional yang menganjurkan adanya perdagangan bebas.


BAB X
KERJA SAMA INTERNASIONAL ANTARNEGARA

Diera globalisasi ini semakin majunya teknologi dalam  kerja sama internasional. Didalam kerja sama pun melibatkan suatu organisasi untuk mengurus semua kendala-kendala yang akan terjadi dalam kegiatan kerja sama contohnya World Trade Organization (WTO) atau Organisasi Perdagangan Dunia merupakan satu-satunya badan internasional yang secara khusus mengatur masalah perdagangan antar negara. Sistem perdagangan multilateral WTO diatur melalui suatu persetujuan yang berisi aturan-aturan dasar perdagangan internasional sebagai hasil perundingan yang telah ditandatangani oleh negara-negara anggota. Persetujuan tersebut merupakan kontrak antar negara-anggota yang mengikat pemerintah untuk mematuhinya dalam pelaksanaan kebijakan perdagangan di negaranya masing-masing. Walaupun ditandatangani oleh pemerintah, tujuan utamanya adalah untuk membantu para produsen minyak kelapa sawit, eksportir dan importir dalam kegiatan perdagangan. Pemerintah Indonesia merupakan salah satu negara pendiri Word Trade Organization (WTO) dan telah meratifikasi Persetujuan Pembentukan WTO melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994.
Dan juga ada GATT (General Egreement on Tariff and Trade)
GATT atau persetujuan umum tentang tarif minyak kelapa sawit yang  didirikan atas dasar perjanjian dengan maksud untuk mengurangi atau menghilangkan rintangan-rintangan perdagangan internasional, khususnya tarif dan bea cukai tinggi yang menghambat ekspor impor antarnegara.

BAB XI
MANAJEMEN STRATEGI INTERNASIONAL

Perumusan Strategi Peningkatan Dayasaing Industri CPO Indonesia Dalam menetapkan strategi dayasaing industri CPO digunakan alat analisis SWOT dengan menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dari industri CPO Indonesia. Poin dalam faktor-faktor tersebut diperoleh dari analisis keunggulan kompetitif, struktur industri CPO di pasar internasional dan
komparatif yang telah dilakukan sebelumnya. Setelah menganalisis keempat faktor yang ada dibentuklah suatu matriks SWOT. Matriks tersebut mencoba untuk mempertemukan keempat faktor yang ada untuk melahirkan strategi yang saling mendukung. Strategi S-O dirumuskan dengan menggunakan kekuatan dari industry CPO nasional untuk memanfaatkan peluang yang ada, sedangkan strategi W-O dirumuskan dengan meminimalkan kelemahan dari industri CPO nasional untuk memanfaatkan peluang. Strategi S-T dirumuskan dengan menggunakan kekuatan
industri CPO nasional untuk mengatasi ancaman, sedangkan strategi W-T dirumuskan dengan meminimalakan kelemahan dan menghindari ancaman dari lingkungan eksternal. Perumusan strategi yang ada dilakukan melalui pembentukan matriks SWOT, dimana matriks ini meliputi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang telah diidentifikasikan sebelumnya. Melalui matriks SWOT dapat dirumuskan alternatif strategi yang dapat digunakan untuk pengembangan industry CPO nasional yang berdayasaing tinggi dipasar internasional.
Faktor Eksternal
Peluang
1.      Meningkatnya permintaan komoditi berbahan baku CPO dan turunannya di pasar nasional dan internasional
2.      Perundang-undangan serta peraturan untuk CPO baik skala nasional dan internasional
3.      Perkembangan harga CPO yang cenderung meningkat dan peningkatan konsumsi produk berbahan baku CPO
4.      Perkembangan teknologi produksi dan informasi.
5.      Ketertarikan investor dalam dan luar negeri terhadap industri CPO
Ancaman
1.      Stabilitas politik, keamanan, dan pemerintahan nasional dan kebijakan pemerintah
2.      Tingkat inflasi dan suku bunga yang berlaku
3.      Perkembangan bisnis berbahan baku non kelapa sawit
4.      Penerapan pajak ekspor
5.      Biaya pupuk dan pestisida yang tinggi
6.      Persaingan dengan Negara Malaysia
7.      Isu terselubung ( black campaign terhadap produk CPO Indonesia akibat dari pembukaan lahan yang menyebabkan global warming)



Faktor Internal
Kekuatan
1.      Dukungan sumber modal
2.      Peranan asosiasi kelapa sawit
3.      Sumberdaya lahan luas
4.      Produk yang berstandart nasional dan internasional
5.      Teknik pengembangan budidaya kelapa sawi
6.      Besarnya jumlah dan ketersediaan tenaga kerja perkebunan
7.      Ketersediaan dan kemudahan akses informasi
Kelemahan
1.      Lokasi pabrik dan kebun yang berjauhan
2.      Tingkat upah yang masih rendah
3.      Rendahnya pendidikan pelaku industry
4.      Kurangnya promosi penjualan produk
5.      Sarana dan prasarana serta pabrik pengolahan yang masih kurang

MATRIKS ANALISIS SWOT INDUSTRI CPO




EKSTERNAL DAN INTERNAL
Kekuatan (Strengtht-S)
1. Sumberdaya lahan luas
2. Dukungan Sumber modal
3. Peranan Asosiasi kelapa sawit
4. Produksi CPO yang berstandar
nasional dan internasional
5. Teknik pengembangan budidaya
kelapa sawit
6. Besarnya jumlah dan ketersediaan
tenaga kerja perkebunan
7. Ketersediaan dan
Kelemahan
(Weaknesses-W)
1. Lokasi pabrik dan kebun
sawit yang berjauhan
2. Tingkat upah tenaga kerja
pekerja industri kelapa sawit
yang rendah
3. Rendahnya pendidikan
pelaku industri perkebunan
4. Kurangnya promosi
penjualan produk CPO
5. Sarana dan prasarana serta
pabrik pengolahan yang
masih kurang
Peluang
(Oppurtunities-O)
1. Meningkatnya permintaan
komoditi berbahan baku CPO
dan turunannya di pasar
nasional dan internasional
2. Perundang-undangan serta
peraturan untuk CPO baik
skala nasional dan
internasional
3. Perkembangan harga CPO
yang cenderung meningkat dan
peningkatan konsumsi produk
berbahan baku CPO
4. Perkembangan teknologi
produksi dan informasi
5. Ketertarikan investor dalam
dan luar negeri
Strategi S-O
1.Optimalisasi lahan
perkebunan untuk
peningkatan dayasaing
CPO di pasae nasional
dan internasional
(S1,S2,S4,S5,S6,O1,O5)
2.Pengembangan sistem
pemasaran produk
industri CPO
(S3,S7,O1,O4,O5)
3. Pengembangan industri
hulu dan hilir dan
peningkatan nilai tambah
kelapa sawit (S2,O3,O5)

Strategi W-O
1. Pengembangan SDM
pelaku industri kelapa
sawit dengan pelatihan
(W3,O2,O4)
2. Pembangunan sarana dan
prasarana perkebunan
(W1, W5,O5)
3. Pemberian insentif kepada
pekerja perkebunan
(W2,O2)
4. Peningkatan kegiatan
penyuluhan (W3,O4)
Ancaman (Threaths-T)
1. Stabilitas politik, keamanaan,
dan pemerintahan nasional dan
kebijakan pemerintah
2. Tingkat Inflasi dan suku bunga
yang berlaku
3. Perkembangan bisnis berbahan
baku non kelapa sawit
4. Penerapan pajak ekspor
5. Biaya pupuk dan pestisida
yang tinggi
6. Persaingan dengan Negara
Malaysia
7. Isu terselubung (black
campaign) terhadap produk
CPO Indonesia akibat dari
pembukaan lahan yang
menyebabkan global warming
Strategi S-T
1. Melakukan hedging
terhadap produk CPO
Indonesia
(S4,T1,T2,T3,T6)
2. Pengkajian ulang
terhadap pajak ekspor
(S3,T5)
3. Pengembangan
perkebunan rakyat melalui
program revitalisasi
perkebunan (S1,S2,S6,T3)
4. Melakukan promosi
sertifikat RSPO
(Roundtable on
Suistanable Palm Oil) dan
peningkatan kualitas para
produsen CPO (S4,T4,T7)
Strategi W-T
1. Meningkatkan pola
kerjasama dengan
produsen negara lain dan
pelanggan melalui
promosi penjualan
(W4,T1)

A. Strategi S – O
1. Optimalisasi lahan kelapa sawit untuk menghasilkan CPO yang berkualitas dengan cara mengembangkan program Best Management Practices melaui panca usaha tani. Luas perkebunan kelapa sawit yang dapat dikembangakan di Indonesia sebesar 18,2 juta hektar, sehingga perlu kegiatan yang dapat meningkatkan optimalisasi lahan. Adapun kegiatan
panca usaha tani untuk meliputi ;
a. Penggunaan bahan tanaman kelapa sawit unggul yang memiliki produktivitas tinggi, yaitu :
1.      Benih dengan potensi produksi minyak tinggi disertai dengan berbagai karakter sekunder yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen.
2.      Klon tanpa abnormalitas yang produksi minyaknya melebihi produksi minyak asal benih.
b. Pemberantasan hama khususnya pengendalian penyakit pangkal batang yang disebabkan oleh Ganoderma melalui perakitan tanaman kelapa sawit toleran terhadap serangan Ganoderma.
1.      Melaksanakan teknik pengolahan lahan perkebunan yang baik dengan menjaga kualitas lingkungan dengan cara perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah menuju pengusahaan kelapa sawit yang berkelanjutan.
2.      Pengaturan irigasi.
3.      Pemupukan yang teratur dan sesuai dosis secara kontinyu.
2. Pengembangan sistem pemasaran produk industri CPO yang komprehensif dan terpadu sehingga dapat meningkatkan pangsa pasar industri dipasar internasional, melalui 4 faktor yaitu: Promotion, Product, Place, dan Price.
3. Pengembangan industri hulu dan hilir serta peningkatan nilai tambah kelapa sawit. Dengan strategi ini diharapkan ekspor negara Indonesia tidak hanya didominasi oleh CPO akan tetapi dalam bentuk produk yang mempunyai nilai tambah. Dengan pengembangan industri hilir selain
keuntungan yang diperoleh lebih besar, penciptaan lapangan kerja baru merupakan manfaat lain dari pengembangan industri ini. Penerapan strategi ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu ;
a.       Pendirian industri pabrik kelapa sawit terpadu dengan skala 5 – 10 ton TBS/jam diareal yang belum memiliki pabrik dan pendirian pabrik minyak goreng sawit (MGS) skala kecil disentra produksi CPO yang belum memiliki pabrik MGS.
b.      Peningkatan kerjasama dibidang promosi, penelitian dan pengembangan SDM dengan negara penghasil CPO lainnya.
c.       Fasilitasi pengembangan biofuel sebagai bahan bakar alternative masa depan.
B. Strategi W – O
1. Pengembangan SDM pelaku industri kelapa sawit. Masih rendahnya kemampuan kualitas dan kuntitas SDM, khususnya pada sektor industry hulu dan hilir kelapa sawit menyebabkan perlu dilakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kualitas/kualifikasi SDM dari berbagai tingkatan.
Kegiatan ini meliputi penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan dari berbagai disiplin ilmu, teknologi dan praktek industri.
a.       Peningkatan keterampilan petani, dilakukan berbagai kegiatan pelatihan, studi banding, magang, kunjungan kelapangan dan berbagai kegiatan lainnya.
b.      Peningkatan kemampuan karyawan perusahaan. Bersama dengan berbagai pemangku kepentingan mengembangkan upaya untuk memperoleh kemudahan dalam ketersediaan tenaga kerja sesuai tingkat kebutuhan, rekruitmen karyawan dan berbagai pelatihan penjenjangan.
2. Pembangunan sarana dan prasarana perkebunan, merupakan salah satu langkah untuk mengatasi dari keterbatasan pengembangan perkebunan kelapa sawit. Di Indonesia masih terkendala dengan terbatasnya jumlah pabrik yang tidak merata di seluruh daerah pengembangan perkebunan, sehingga investasi dari para investor dalam dan luar negeri sangat penting dalam bentuk pembangunan pabrik, jembatan dan jalan. Pembangunan pabrik pengolahan merupakan sarana penting bagi pengusahaan kelapa sawit.
3. Pemberian insentif kepada pekerja, adalah salah satu cara meningkatkan motivasi kerja dari karyawan. Rendahnya gaji yang diterima oleh para pekerja berimplikasi terhadap produktivitas, pemberian insentif pada karyawan yang berprestasi merupakan salah satu cara untuk memacu
motivasi karyawan bekerja lebih giat. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan karyawan maka perusahaan setiap tahun perlu mengkaji upah karyawan dan lebih memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja karyawan.
4. Peningkatan kegiatan penyuluhan. Kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh para penyuluh perlu ditingkatkan untuk penyampaian teknologi dan hasil penelitian kepada pekebun. Banyaknya kendala untuk mencapai produksi dan produktivitas optimal maka peranan penyuluh sangat penting, antara lain
       a. Sosialisasi dan penerapan SNI mutu benih dan sistem pengendalian benih untuk menghindari pemalsuan benih.
       b. Sosialisasi dan mendorong pekebun untuk dapat menerapkan prinsip dan kriteria Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) kepada pekebun.
      c. Pengembangan kesadaran dan kemampuan petani dalam pengendalian Organisme Penggangu Tumbuhan (OPT) kelapa sawit.
      d. Pendampingan dan pengawalan implementasi teknologi dan kelembagaan.
C. Strategi S – T
1. Melakukan hedging terhadap produk CPO Indonesia, adalah salah strategi untuk melindungi nilai produk CPO. Dengan hedging, produsen eksportir CPO dapat melakukan kesepakatan harga penjualan produk untuk beberapa waktu kedepan dengan konsumen internasional, sehingga harga yang diterima oleh produsen tidak berpengaruh terhadap perubahan atau gejolak. Hedging dilakukan pada bursa berjangka atau future market dimana pengiriman produk dilakukan pada waktu akan datang.
2. Pengkajian ulang terhadap pajak ekspor. Pengenaan pajak ekspor yang tinggi oleh pemerintah menyebabkan keuntungan yang diterima oleh produsen menjadi berkurang, selain itu dengan pengenan pajak ekspor dayasaing CPO Indonesia menjadi turun sehingga perlu pengkajian ulang
akan pajak ekspor dengan peranan dari asosiasi dan lembaga perkelapa sawitan dapat memberikan masukan kepada pemerintah untuk meninjau kembali pengenaan pajak yang memberatkan para eksportir CPO. Domestic Market Obligation (DMO) merupakan salah satu kebijakan yang dapat diaktifkan kembali oleh pemerintah, karena dengan kebijakan ini kebutuhan CPO dalam negeri dapat terpenuhi. Pengenaan pajak ekspor disebabkan para eksportir banyak mengekspor CPO sebagai bahan baku minyak goreng, sehingga kebutuhan CPO dalam negeri tidak tercukupi untuk industri hilir. Kebijakan DMO dapat terlaksana apabila pemerintah
serius dalam pengawasan penyaluran tataniaga, serta peranan dari produsen CPO yang harus menyalurkan produksi CPO kepada industry hilir.
3. Pengembangan perkebunan rakyat melalui program revitalisasi perkebunan. Untuk memfasilitasi terwujudnya pengembangan usaha perkebunan rakyat, baik untuk pengembangan perkebunan baru/perluasan dan peremajaan, sehingga progaram kegiatan yamg ditempuh yaitu ;
a. Mendorong usaha perkebunan besar untuk melakukan kerjasama dengan masyarakat sekitar/petani untuk pengembangan perkebunan rakyat dalam wadah pola kemitraan.
b. Untuk mendukung pendanaan, disediakan sumber pembiayaan bagi pembangunan kebun petani melalui revitalisasi perkebunan.
c. Untuk membantu petani sehari-hari dalam kegiatan pengembangan usahataninya disediakan petugas pendamping.
4.   Melakukan promosi sertifikat RSPO (Roundtable on Suistanable Palm Oil) dan peningkatan kualitas CPO Indonesia. Pengembangan perkebunan yang berkelanjutan akan mempengaruhi
besarnya kemampuan produksi yang kontinyuitas. Banyaknya isu negative terhadap perkebunan kelapa sawit Indonesia akan mempengaruhi permintaan CPO di pasar internasional. Peranan asosiasi terhadap peningkatan dayasaing CPO Indonesia dapat dilakukan dengan memberikan seminar dan penyuluhan terhadap kriteria dan prinsip-prinsip RSPO. Selain itu penyuluhan terhadap penggunaan bibit berkualitas akan meningkatkan kualitas produksi CPO Indonesia.
D. Strategi W – T
Meningkatkan pola kerjasama dengan pelanggan melalui promosi penjualan. Hubungan yang terjalin dengan baik dengan para konsumen industri CPO dapat dilakukan dengan mempermudah akses informasi dan memberikan pelayanan lebih. Promosi penjualan dapat dilakukan dengan
mengadakan pameran dan seminar yang bertaraf internasional di negara - negara konsumen CPO. Kerjasama Dewan minyak minyak sawit yang mewakili pemerintah Indonesia serta Malaysia Palm Oil Board yang mewakili negara Malaysia serta negara-negara produsen CPO agar lebih ditingkatkan untuk menghadapi isu negatif dari LSM lingkungan dan dunia internasional dengan membangun komunikasi yang kontinyu. Peningkatan kerjasama bilateral antara Malaysia dan Indonesia melalui kampanye green product atau countering negative campaign on palm oil di negara tujuan ekspor minyak sawit kedua negara Uni Eropa dan Amerika. Dengan adanya kegiatan ini untuk membangun citra positif terhadap perkebunan kelapa sawit, bahwa disamping memberi manfaat ekonomi melalui penyediaan sumber pendapatan, sumber devisa dan penyediaan lapangan pekerjaan di pedesaan, juga memperhatikan aspek-aspek kelestarian lingkungan.

BAB XII
STRATEGI-STRATEGI UNTUK MENGANALISIS DAN MEMASUKAN PASAR

membuat analisis kecenderungan permintaan produk minyak sawit dipasar Indonesia dan pasar global serta merancang mengenai strategi-strategi yang dapat diterapkan dalam  melakukan ekspansi produk-produk minyak kelapa sawit dalam memasuki pasar global. Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan CPO salah satunya didukung oleh meningkatnya konsumsi dalam negeri dan permintaan dari Iuar negeri. Dengan adanya ketersediaan bahan baku yang melimpah akan menjadi daya saing yang cukup tinggi di pasar internasionaL, memiliki informasi yang tepat mengenai pangsa pasar dan Menggunakan informasi peluang untuk rnenyusup ke pasar yang menguntungkan dan Mengatasi rintangan masuk pasar dan ada  beberapa keputusan yang harus dimengerti :
1.        Memutuskan untuk memasuki pasar global
a.       Mengamati lingkungan pemasaran global
Ketika mempertimbangkan memasuki pasar global, karakteristik ekonomi, hukum, politik dan budaya negara tujuan pasar harus diperhitungkan.
b.      Mempertimbangkan proporsi penjualan di pasar global terhadap sasaran total penjualan.
Perusahaan harus mempertimbangkan apakah akan melakukan bisnis di beberapa negara saja, atau di banyak negara, dan negara seperti apa yang akan dimasukinya.
2. Memutuskan pasar mana yang akan di tuju
Langkah ini mengharuskan penilaian atas besarnya laba atas investasi yang harus dibandingkan dengan tingkat risiko yang dihadapi.

3. Memutuskan cara memasuki pasar
Setelah negara tujuan di putuskan, perusahaan harus menentukan cara masuk terbaik.
  • Ekspor langsung adalah cara mejual barang atau jasa melalui perantara (eksportir) yang bertempat di negara tujuan ekspor.
  • Ekspor tidak langsung adalah teknik di mana barang dijual melalui perantara (eksportir) negara asal.
  • Joint Venture adalah memasuki pasar asing dengan bergabung bersama perusahaan asing untuk menghasilkan atau memasarkan produk.
  • Lisensi adalah metode memasuki pasar asing di mana perusahaan menjalin suatu kesempatan dengan pembeli lisensi di pasar asing
  • Frenchise adalah memasuki pasar global melalui kerjasama dengan franchisor. Franchisor hanya melakukan pengeluaran untuk rekruitmen sumberdaya manusia, pelatihan.
  • Investasi langsung adalah memasuki pasar asing dengan mengembangkan fasilitas perakitan atau manufaktur berpusat di luar negeri
4. Memutuskan program pemasaran
Perusahaan harus memutuskan sejauh mana produk, promosi, harga dan distribusi mereknya perlu disesuaikan dengan pasar-pasar asing secara individual.
Pada tingkat produk. Perusahaan dapat menggunakan strategi perluasan produk langsung, penyesuaian produk dan penciptaan produk.
    1. Perluasan produk langsung adalah memasarkan produk di pasar asing tanpa melakukan perubahan
    2. Penyesuaian produk adalah menyesuaikan produk untuk memenuhi kondisi atau keinginan lokal di pasar asing.
    3. Penciptaan produk adalah menciptakan produk atau jasa baru bagi pasar asing.
Pada tingkat komunikasi. Perusahaan dapat memilih penyesuaian komunikasi atau penyesuaian ganda.
Pada tingkat harga. Perusahaan dapat menghadapi kenaikan harga, dumping, pasar abu-abu dan produk palsu murah.
Pada tingkat distribusi. Perusahaan harus mempertimbangkan cara pendistribusian produk ke konsumen.
5. Memutuskan organisasi pemasaran
Dalam melakukan aktivitas pemasaran internasional terdapat dalam tiga cara:
  • Departemen ekspor. Perusahaan terjun ke pemasaran internasional hanya melalui pengiriman barang. Jika penjualan internasionalnya berkembang, perusahaan membentuk departemen ekspor yang terdiri dari seorang manajer penjualan dan beberapa orang asisten. Bila penjualan meningkat departemen ekspor diperluas menjadi sub-sub departemen.
  • Divisi internasional. Divisi internasional diorganisasikan dengan berbagai cara. Staf divisi internasional perusahaan terdiri dari para spesialis dalam pemasaran, manufaktur, riset, keuangan, perencanaan, dan sumber daya manusia, mereka merencanakan serta menyediakan pelayanan bagi berbagai unit operasi.
  • Organisasi global. Dalam organisasi global, manajemen puncak dan staf perusahaan merencanakan fasilitas manufaktur, kebijakan pemasaran, arus finansial, dan sistem logistik di seluruh dunia. Unit-unit operasi global melapor langsung kepada kepala eksekutif atau komisi eksekutif yang dilatih untuk berpikir dengan membentuk wawasan secara global. Perusahaan harus membangun organisasi yang efektif untuk menyelenggarakan pemasaran internasional. Kebanyakan perusahaan memulainya dengan sebuah departemen ekspor, sampai divisi internasional. Ini langkah menuju organisasi global, yang berarti manajemen puncak harus memikirkan dan merencanakan strategi global.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Strategi Menembus Pasar Global.
Keegan, J, Warren. 2011. Manajemen Pemasaran Global, Jilid 1 dan 2, Edisi.  Jakarta : Indeks.
Kotler, Phillip. 2005. ManajemenPemasaran. EdisiSebelas. Jakarta : Prentice Hall Indeks
Maria, Angga. 2014. Masuk ke dalam Pasar Global.
Zulaikha, Siti, dkk. 2014. Foreign Markets Entries (Memasuki Pasar Global). http://apasihmaumu.blogspot.co.id/2014/07/foreign-markets-entries-memasuki-pasar_4.html. Diakses pada 24 Desember 2015.


0 komentar:

Posting Komentar