2.1.1.1.1
Lingkungan Kerja Non Fisik
Menurut Sedarmayanti (2009;35)
menyatakan bahwa lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi
yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik dengan atasan maupun dengan sesama
rekan kerja ataupun hubungan dengan bawahan. Lingkungan kerja non fisik ini
merupakan lingkungan kerja yang tidak bisa diabaikan oleh perusahaan. Menurut
Nitisemito (2008;78) perusahan hendaknya dapat mencerminkan kondisi yang
mendukung kerjasama antara tingkat atasan, bawahan maupun yang memiliki status
jabatan yang sama di perusahaan. Kondisi yang hendaknya diciptakan adalah
suasana kekeluargaan, komunikasi yang baik dan pengendalian diri.
Menurut
Mangkunegara (2009;156), untuk menciptakan hubungan hubungan yang harmonis dan
efektif, pimpinan perlu: 1) meluangkan waktu untuk mempelajari aspirasi-aspirasi
emosi pegawai dan bagaimana mereka berhubungan dengan tim kerja dan 2)
menciptakan suasana yang meningkatkatkan kreativitas. Pengelolaan hubungan
kerja dan pengendalian emosional di tempat kerja itu sangat perlu untuk
diperhatikan karena akan memberikan dampak terhadap kepuasan kerja karyawan. Berdasarkan
pendapat para ahli maka dapat disimpulkan bahwa, lingkungan kerja non fisik
merupakan segala suatu yang penting yang dilakukan atasan, bawahan mapun sesama
rekan kerja untuk saling berkomunikasi atau bekerjasama dengan baik, dan saling
menghormati agar terciptanya keharmonisan antar pekerja dalam perusahaan.
2.1.1.1.1.1
Macam-macam Lingkungan Kerja Non
Fisik
Lingkungan
kerja non fisik merupakan lingkungan kerja yang tidak dapat terdeteksi oleh panca indera manusia, namun
dapat dirasakan. Beberapa macam lingkungan kerja yang bersifat non fisik menurut
Wursanto (2009;269) disebutkan yaitu: 1) adanya perasaan aman dari para pegawai
dalam menjalankan tugasnya, 2) adanya loyalitas yang bersifat dua dimensi, 3)
adanya perasaan puas di kalangan pegawai”. Dari ketiga jenis lingkungan kerja
non fisik yang disebutkan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Perasaan aman pegawai
Perasaan
aman pegawai merupakan rasa aman dari berbagai bahaya yang dapat mengancam
keadaan diri pegawai. Wursanto (2009;269), perasaan aman tersebut terdiri dari
sebagai berikut.
a.
Rasa
aman dari bahaya yang mungkin timbul pada saat menjalankan tugasnya.
b.
Rasa
aman dari pemutusan hubungan kerja yang dapat mengancam penghidupan diri dan
keluarganya.
c.
Rasa
aman dari bentuk intimidasi ataupun tuduhan dari adanya kecurigaan antar
pegawai
2. Loyalitas pegawai
Loyalitas
merupakan sikap pegawai untuk setia terhadap perusahaan atau organisasi maupun
terhadap pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya. Loyalitas ini terdiri dari dua macam, yaitu
loyalitas yang bersifat vertikal dan horizontal. Loyalitas yang bersifat
vertikal yaitu loyalitas antara bawahan dengan atasan atau sebaliknya antara
atasan dengan bawahan. Loyalitas ini dapat terbentuk dengan berbagai cara.
Menurut pendapat Wursanto (2009;258) untuk menunjukkan loyalitas tersebut
dilakukan dengan cara:
a.
Kunjungan
atau silaturahmi ke rumah pegawai oleh pimpinan atau sebaliknya, yang dapat
diwujudkan dalam bentuk kegiatan seperti arisan.
b.
Keikutsertaan
pimpinan untuk membantu kesulitan pegawai dalam berbagai masalah yang dihadapi pegawai.
c.
Membela
kepentingan pegawai selama masih dalam koridor hokum yang berlaku.
d.
Melindungi
bawahan dari berbagai bentuk ancaman
Sementara
itu, loyalitas bawahan dengan atasan dapat dibentuk dengan kegiatan seperti
open house, memberi kesempatan kepada bawahan untuk bersilaturahmi kepada
pimpinan, terutama pada waktu-waktu tertentu seperti hari besar keagamaan
seperti lebaran, hari natal atau lainnya. Loyalitas yang bersifat horisontal
merupakan loyalitas antar bawahan atau antar pimpinan. Loyalitas horisontal ini
dapat diwujudkan dengan kegiatan seperti kunjung mengunjungi sesama pegawai,
bertamasya bersama, atau kegiatan-kegiatan lainnya.
3. Kepuasan pegawai
Kepuasan pegawai merupakan perasaan
puas yang muncul dalam diri pegawai yang berkaitan dengan pelaksanaan
pekerjaan. Perasaan puas ini meliputi kepuasan karena kebutuhannya terpenuhi,
kebutuhan sosialnya juga dapat berjalan dengan baik, serta kebutuhan yang
bersifat psikologis juga terpenuhi. Lingkungan kerja non fisik tersebut
merupakan lingkungan kerja yang hanya dapat dirasakan oleh pegawai. Karena itu,
lingkungan kerja yang dapatmemberikan perasaan-perasaan aman dan puas dapat
mempengaruhi perilaku pegawai ke arah yang positif sebagaimana yang diharapkan
oleh organisasi. Sehubungan dengan hal tersebut, menurut Wursanto (2009;259)
bahwa “tugas pimpinan organisasi adalah menciptakan suasana kerja yang harmonis
dengan menciptakan human relations sebaik-baiknya”. Karena itulah, maka pimpinan
menjadi faktor yang dapat menciptakan lingkungan kerja non fisik dalam lingkup
organisasi.
2.1.1.1.1.2
Usaha
Menciptakan Lingkungan Kerja Non Fisik
Lingkungan
kerja non fisik hanya dapat dirasakan tetapi tidak dapat dilihat, didengar atau
diraba dengan pancaindera manusia. Selain itu, lingkungan kerja non fisik
menjadi tanggung jawab pimpinan yang dapat diciptakan dengan menciptakan human
relations yang sebaik-baiknya. Karena itulah maka untuk menciptakan lingkungan
kerja non fisik tersebut, dapat diusahakan dengan menciptakan human relations yang
baik. Selain itu, pimpinan juga dapat menyediakan pelayanan kepada pegawai
sehingga pegawai merasa aman dan nyaman di dalam organisasi karena kebutuhan
psikologisnya dapat terpenuhi.
1.
Human Relations
Hubungan pegawai dapat diartikan
dengan hubungan antar manusia (Human
Relations) dalam sebuah organisasi, karena pegawai secara individu merupakan
manusia. Effendy (2009;116) berpendapat hubungan manusiawi (Human Relations) dalam arti luas ialah
interaksi antara seseorang dengan orang lain dalam segala situasi dan dalam
sebuah bidang kehidupan, pendapat lain dikemukakan oleh Effendy (2009;116) yang
mengatakan bahwa “Hubungan manusiawi adalah komunikasi antar persona (Interpersonal communication) untuk
membuat orang lain mengerti dan menaruh simpati”. Selanjutnya Hardjana
(2008;212) berpendapat bahwa komunikasi interpersonal (interpersonal communication) adalah “interaksi tatap muka antar
dua orang atau beberapa orang, di mana pengirim dapat menyampaikan pesan secara
langsung, dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung pula.
2.
Fasilitas
Pelayanan Karyawan
Fasilitas pelayanan karyawan dalam
penelitian ini adalah semua fasilitas fisik yang bersifat suplementer/melengkapi
kantor yang bersangkutan, dengan adanya fasilitas yang bersifat pelayanan ini
dimaksudkan agar pegawai tentram dalam bekerja. Program pelayanan karyawan ini
merupakan bentuk program pemeliharaan karyawan, dikatakan oleh Herman (2008;142)
bahwa “Pemeliharaan merupakan suatu langkah perusahaan dalam mempertahankan
karyawan aar tetap ma bekerja dengan baik dan produktif, dengan cara
memperhatikan kondisi fisik, mental dan sikap karyawannya, agar tujuan
perusahaan dapat tercapai”.
Pelayanan
karyawan ini akan merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk
pembentukan lingkungan kerja karyawan di dalam perusahaan yang bersangkutan,
terutama lingkungan kerja non fisik. Dengan pelayanan karyawan (oleh
perusahaan) yang baik maka para karyawan akan memperoleh kepuasan dalam
menyelesaikan pekerjaannya.
Pegawai
adalah manusia yang ingin dihargai, dengan disediakannya kebutuhan karyawan
oleh kantor, pegawai tersebut akan merasa diperhatikan kepentingannya sebagai
imbalan dari apa yang diberikan, pegawai akan semakin bersemangat kerja, hanya
saja jangan berlebihan karena hal ini akan mengakibatkan pegawai akan menjadi
manja dan jika kurang akan menimbulkan rasa tidak puas. Herman (2008;143)
berpendapat bahwa pemeliharaan karyawan dilakukan dengan tujuan baik untuk
perusahaan maupun bagi karyawan itu sendiri. Bagi perusahaan, tujuan pemeliharaan
adalah sebagai berikut:
a.
Agar
karyawan mampu meningkatkan produktivitas kerjanya
b.
Mendisiplin
diri dan memperkecil tingkat absensi
c.
Menumbuhkan
loyalitas
d.
Mengurangi
konflik serta menciptakan suasana yang harmonis
e.
Mengefektifkan
proses pengadaan karyawan.
Sedangkan
tujuan bagi karyawan adalah sebagai berikut:
1)
Untuk
meningkatkan kesejahteraan karyawan dan keluarganya
2)
Memberikan
ketenangan, keamanan, sreta menjaga kesehatan karyawan,
3)
Memperbaiki
kondisi fisik, mental, dan sikap karyawan
Pelayanan
atau pemeliharaan karyawan yang kurang pada tempatnya akan mengakibatkan
berbagai macam kerugian dari perusahaan yang bersangkutan. Pelayanan untuk para
karyawan perusahaan yang diberikan lebih dari semestinya oleh perusahaan juga
akan mempunyai pengaruh yang negatif terhadap para karyawan tersebut.
Selanjutnya untuk melihat baik buruknya fasilitas pelayanan karyawan akan
dilihat dari pelayanan kantin, pelayanan kesehatan dan pelayanan kamar
mandi/WC. Sedangkan pelayanan secara non fisik yaitu disediakannya kesempatan
untuk menyampaikan pendapat atau ide, maupun kesempatan untuk mengungkapkan
permasalahan yang sedang dihadapi pegawai
2.1.1.1.1.3
Indikator Lingkungan Kerja Non Fisik
Menurut Sedarmayanti (2009;38) bahwa
lingkungan kerja non fisik diukur dari:
1. Hubungan kerja antar pegawai
Hubungan kerja antar pegawai sangat diperlukan dalam melakukan
pekerjaan, terutama bagi pegawai yang bekerja secara berkelompok, apabila
terjadi konflik yang timbul dapat memperkeruh suasana kerja dan akan menurunkan
semangat kerja pegawai. Hubungan kerja yang baik antara yang satu dengan yang
lain dapat meningkatkan semangat kerja bagi pegawai, di mana mereka saling
bekerja sama atau saling membantu dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
2. Hubungan kerja antar pegawai dengan
pimpinan
Sikap
atasan terhadap bawahan memberikan pengaruh bagi pegawai dalam melaksanakan
aktivitas. Sikap yang bersahabat, saling menghormati perlu dalam hubungan antar
atasan dengan bawahan untuk kerjasama dalam mencapai tujuan perusahaan. Sikap
bersahabat yang diciptakan atasan akan menjadikan pegawai lebih betah untuk
bekerja dan dapat menimbulkan semangat kerja bagi pegawai. Pada perusahaan
sikap pemimpin antara pegawainya saling menghormati agar dapat memajukan
perusahaan.
maaf saya baru bertanya, referensi buku sedarmayanti, buku judul apa?
BalasHapus